" amenangi zaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada."
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
" menyaksikan zaman gila,
serba susah dalam bertindak,
ikut gila tidak akan tahan,
tapi kalau tidak mengikuti (gila),
tidak akan mendapat bagian,
kelaparan pada akhirnya,
namun telah menjadi kehendak Allah,
sebahagia-bahagianya orang yang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada. "
Zaman Edan!! istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Ranggawarsita dalam Serat Kalatida. Syair di atas merupakan ungkapan kekesalan hati Raden Ngabei Ronggowarsito kepada pemerintahan Pakubuwono IX pada saat itu yang dikelilingi para penjilat yang gemar mencari keuntungan pribadi.
Berbekal sepenggal kisah menarik tentang Raden Ngabei Ronggowarsito yang nama kecilnya Bagus Burham tersebut, serta syairnya yang up 2 date dengan kondisi negeri sekarang ini, saya tertarik menelusuri Misteri Kematian Ranggawarsita dengan mengunjungi makamnya yang berada di Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
Berikut adalah penelusuran saya: